Iseng kupilih judul ini karena mengingatkanku akan kisah berbagai perjalanan orang: perjalanan hidup, wisata, perdagangan, dan entah apa lagi. Dari Jalan 'Sutra' (silk road), Jalan 'Samurai' (the way of the sword), sampai Jalan-Jalan yang lain. Jalan Pena - biarlah menjadi jalanku belajar menulis. Menuliskan apa saja yang kutemui di perjalanan 'ziarah'ku dari hari ke hari. Pak Guru-ku bilang belajarlah menuliskannya kalau engkau tidak pandai mengatakannya. 'Baiklah' begitu kataku.' I will try...'

15 Sept 2010

Kesan pertama dan selanjutnya...

'Sistem trasportasinya coooooooolll....', begitu pikirku waktu menginjakkan kaki di hari pertama di kota Zurich. Dari bandara orang bisa pake bis, tram, atau kereta untuk mencapai pusat kota. Informasinya cukup jelas menurutku, terlepas dari bahasanya, yang barangkali lebih mudah dimengerti oleh mereka yang fasih berbahasa German :).

Seperti di negara maju lainnya, sistem transportasinya sangat 'reliable' dan tepat waktu. Sedikit beda dengan London, di sini tram dan bis sudah dilengkapi dengan monitor di dalamnya yang terhubung dengan sistem komputer, sehingga orang bisa melihat rute dan pemberhentian berikutnya serta waktu yang akan ditempuh sampai ke menit-menitnya. Tidak ada kondektur di dalam tram atau bis. Cukup membeli tiket yang harus divalidasi sebelum naik ke angkutan itu. Betul-betul memanfaatkan teknologi tingkat tinggi. Semua serba otomatis.

Kubandingkan dengan sistem transportasi di Sheffield-UK tempatku sementara tinggal. Di sana tram masih pake kondektur, dan rute perjalanannya pun masih tercetak sebagai gambar yang terpampang di dalam dinding tram. Ada sih monitor seperti itu, hanya tempatnya bukan di dalam tram atau bus, tetapi di beberapa halte atau di stasiun saja.

Namun di hari kedua, tiba-tiba kulihat ada yang berbeda di tempat pemberhentian tram ini dengan tempat pemberhentian tram di Sheffield. Tidak kulihat garis kuning sebagai pembatas 'safety line', tidak kulihat perbedaan tekstur di lantainya untuk menjadi penanda bagi para tuna netra dimana harus menunggu dan tahu pintu masuk ke tram. Masih penasaran, kulihat lagi tramnya. Wah ya pantas nggak ada 'disable people' yang pake tram ini (kebetulan waktu itu aku naik tram no 14- Seebach-Triemli). Tramnya saja berundak, gimana para 'disable people' ini mau naik?

Rasanya agak janggal saja melihat di satu sisi teknologi yang dipakai untuk menjalankan tram sudah begitu maju, namun di sisi lain fasilitas bagi 'disable people' agak sedikit tertinggal. Tidak mungkin negara semaju Switzerland dengan fasilitas yang boleh dikatakan kelas satu, mengabaikan mereka-mereka yang mobilitasnya terbatas.
Akhirnya penasaranku terjawab saat kulihat di website, ternyata memang belum semua rute memiliki fasilitas untuk 'disable people'. Meskipun demikian secara bertahap sejak tahun 2001 mereka membangun dan memberikan alternatif rute2 yang bisa dipilih mereka agar mobilitasnya tidak terhambat meskipun barangkali harus berpindah-pindah moda. Diharapkan pada tahun 2014, fasilitas transportasi bagi para 'disable' ini sudah lengkap untuk semua rute.

No comments:

Post a Comment