Iseng kupilih judul ini karena mengingatkanku akan kisah berbagai perjalanan orang: perjalanan hidup, wisata, perdagangan, dan entah apa lagi. Dari Jalan 'Sutra' (silk road), Jalan 'Samurai' (the way of the sword), sampai Jalan-Jalan yang lain. Jalan Pena - biarlah menjadi jalanku belajar menulis. Menuliskan apa saja yang kutemui di perjalanan 'ziarah'ku dari hari ke hari. Pak Guru-ku bilang belajarlah menuliskannya kalau engkau tidak pandai mengatakannya. 'Baiklah' begitu kataku.' I will try...'

19 Sept 2010

Future Cities-Sustainable Cities ?

Dalam 'keynote speech'nya yang berjudul 'A global revolution in urban and rural living' hari itu, Peter Head, Director of Planning and Integrated Urbanism-nya Arup menggambarkan proyek penelitian globalnya tentang bagaimana 9 milyar orang dapat hidup dengan cara yang 'sustainable' di bumi ini pada tahun 2050. Kebijakan dan investasi apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai hal itu termasuk bagaimana mensiasati perubahan iklim, penurunan sumber daya, dan kerusakan keberagaman hayati. Penelitian tersebut menggunakan dasar bukti-bukti di lapangan yang dijumpainya di berbagai negara untuk membangun visi masa depan yang sejalan dengan model 'ecological age' seperti di Copenhagen, London, Cina (aku lupa nama kotanya), dsb. Melalui feedback dari pengalamannya di 25 negara, dia mendiskusikan penemuannya dan menampilkan pendekatan dalam teknologi, urban desain, dan desain arsitektur.

Mendengarkan apa yang dia sampaikan, rasanya impian-impian itu sudah lama terdengar. Dan bukankah memang demikian bahwa ide tentang 'sustainable cities', 'green citie's, dan sebangsanya itu sudah lama ada ? Tapi mungkin memang benar apa yang dia sampaikan dan barangkali perlu digarisbawahi bahwa ternyata ide tentang 'sustainable cities' itu masih berbeda-beda dipahami oleh orang di berbagai penjuru bumi.

Saat coffee break, seorang Profesor dari NUS yang baru seminggu sebelumnya mengunjungi Tokyo, menceritakan keheranannya bagaimana Jepang yang sudah demikian maju di benua Asia, sama sekali tidak disinggung dalam pidato itu. "Something missing ?"."I don't know" jawabnya sendiri. Dia bercerita bagaimana Jepang sangat peduli dengan usaha-usaha 'recycling' sehingga tempat sampah pun dibuat untuk wadah berbagai macam material supaya sampah itu bisa didaur ulang dengan mudah. Namun herannya di sisi lain ternyata ada praktek-praktek di Jepang yang sangat 'boros' dan tidak sustainable seperti cara mereka 'packing/wrapping'. Jadi dia melihat ada sesuatu yang kontradiksi di situ.Dia berpikir barangkali 'sustainability' di Jepang, identik dengan konsep 'back to nature' yang sejalan dengan budhisme. Tapi apa benar begitu, dia sendiri juga menjawab 'I don't know'.....????

Jadi sekarang bagaimana supaya konsep dan gambaran tentang 'sustainable cities' dapat dipahami sama oleh semua orang ??????

2 comments:

  1. apakah belum ada definisi yang ditetapkan bersama mengenai sustainable cities?
    Namun menarik mempelajari bagaimana mempertahankan kota sedangkan laju kemerosotan lingkungan semakin cepat. Semoga kota-kota kota-kota kita bisa berpacu dengan waktu.

    ReplyDelete
  2. @Mas Richard -Sepertinya belum ada. Masing2 punya konsep sendiri2. Dalam skala yang lebih kecil - bangunan misalnya - dulu ada pemikiran sustainability itu bicara mengenai konsumsi energi, reduksinya dalam kurun 20-30 tahun. Tapi perkembangan teknologi dan kondisi lingkungan mengubah segalanya.

    ReplyDelete